Kesejukan Alam Raya Hadir Untuk Anda Guna Membagi Manfaat http://www.kesejukan-alamraya.blogspot.com/Email:bahidin_laode@yahoo.com

Selasa, 21 September 2010

Skala Pengukuran Sikap

Menurut Daniel J Mueller (1992) ada empat skala pengukuran sikap, yaitu :

1. Skala sikap Likert
2. Skala Thrustone
3. Skala Guttman
4. Perbedaan Semantis

1. Skala Likert

Digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Dalam skala likert diekspresikan mulai dari yang paling negativ, netral sampai ke yang paling positif dalam bentuk sebagai berikut : sangat tidak setuju, tidak setuju, tidak tahun (netral), setuju dan sangat setuju. Untuk melakukan kuantifikasi maka skala tersebut kemudian diberi angka-angka sebagai simbol agar dapat dilakukan perhitungan. Umumnya pemberian kode angkanya sebagai berikut :

Sangat tidak setuju, diberi angka 1
Tidak setuju, diberi angka 2
Tidak tahun (netral), diberi angka 3
Setuju, diberi angka 4
Sangat setuju, diberi angka 5

Nilai dari angka-angka tersebut hanya merupakan symbol bukan angka sebenarnya.

2. Skala Thrustone

Merupakan skala sikap yang pertama yang dikembangkan dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga penskalaan sikap, yaitu :

1. Metode perbandingan pasangan
2. Metode interval pemunculan sama
3. Metode interval berurutan

Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang menganggap kepositifan pernyataan sikap terhadap suatu obyek.

3. Skala Guttman

Disusun berdasarkan derajat kepositifan dengan penekanan pada aspek inidimensional. Aspek ini menempatkan responden pada titik tertentu dalam suatu kontinum sikap yang harus setuju dengan semua item pernyataan dibawahnya dan harus tidak setuju dengan semua item datas posisi skalanya

4. Perbedaan Semantis
Dikemukakan oleh Osgood untuk mengukur atribut yang diberikan oleh responden terhadap bebrapa arti untuk mendeskripsikan obyek tertentu. Dalam mengukur ini, biasanya digunakan kata sifat yang mempunyai ari berlawanan.]

Sumber : Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sabtu, 04 September 2010

Aktivis-Aktivis Salah jalan

Aktivis-aktivis salah jalan sengaja kami jadikan judul untuk tulisan singkat ini, ada makna mendalam yang tersirat dalam kalimat tersebut. Silahkan memaknainya.

Begitu lama sudah hidup ini dilaluinya. Umurnya pun semakin bertambah hingga tak diketahui uda berapa lama ia melakukan kebaikan, hanya Illahi Rabbi yang Maha Tahu. Para aktivis itu terus bekerja dengan wajah penuh cinta tanpa makna. Aktif dalam beberapa lembaga, menghadiri setiap kegiatan di berbagai penjuru indahnya bumi. Sungguh sebuah usaha gigih yang begitu menguras semua potensi dirinya, hingga lupa apa sebenarnya yang telah ia lakukan.

Mungkin para aktivis itu adalah orang-orang pilihan yang mengabdikan dirinya hanya untuk dunia yang fana ini atau mungkin hanya untuk mencari ketenaran atau juga hanya sekedar menyelesaikan progaram kerja yang ada?; Sebuah hipotesa yang hanya bisa di jawab oleh “Para aktivis-aktivis salah jalan”. Yang jelas kita semua bersyukur dengan begitu banyak aktivis di negeri ini dengan beragam visi dan misinya. Namun kita harus senantiasa berhati-hati dengan apa yang telah kita kerjakan selama ini.
Aktivis-aktivis salah jalan banyak berkeliaran disekitar sepoi-sepoinya angin, tutur katanya memikat para pendengar, gerakannya diikuti banyak orang-orang awwam. Karakter mereka diantaranya: Riya, bekerja tanpa prosedur, sering mengabaikan rambu-rambu illahi dan lainnya (silahkan menyebutkannya sendiri). Aktivis salah jalan bisa diibaratkan seperti sarang labah-labah yang terlihat indah namun sebanarnya rapuh.

Akhirnya, semoga para aktivis yang salah jalan itu kembali ke jalan-jalan cahaya yang menerangi indahnya malam. Bekerjalah seperti orang-orang Sholeh terdahulu, karena mereka adalah sebaik-baiknya tauladan. Ingatlah wahai setiap insan :” hidup ini hanya sementara, semua yang telah kita kerjakan akan dimintai pertangungjawaban di hadapanNYA kelak, manfaatkanlah sisa hidup ini dengan kebaikan, sungguh nikmat Alloh begitu besar, fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan”.

By: mas idin Janggot
Jogyakarta-Kostku, 13 juli 2010.
Pkl 18.30 – 19.00 (nunggu sholat isya)